Sabtu, 21 November 2015

IQBAL.

TATA KEHIDUPAN SOSIAL ISLAM.

Disamping itu seorang ahli sejarah peradaban bangsa Eropa 
memberikan suatu gambaran yang hidup mengenai keadaan dunia
yang dipandang telah berperadaban pada saat sekitar 
pemunculan Islam dalam panggung sejarah.
Lukisannya itu telah dikutip Iqbal sebagai berikut :

"Agaknya peradaban besar yang telah dibina sejak sepanjang empat ribu 
  tahun itu telah sampai ke ambang kehancuran dan umat manusia 
  seperti kembali kepada kehidupan liar-barbar.
  Suku-suku dan sekte-sekte saling memerangi dan hukum sepertinya
  tidak dikenal sama sekali .
  Sanksi-sanksi tradisi lama telah memudar kehilangan dayanya....
  Sedang sanksi-sanksi yang diciptakan ajaran Kristen , bukannya 
  melahirkan kesatuan dan ketertiban di antara mereka, melainkan
  bahkan memecah-mecah dan menghancurkannya.
  Masa itu merupakan masa penuh tragedi...

  Mungkinkah dibangkitkan suatu kebudayaan yang menyelamatkan 
  peradaban ?

  Kebudayaan yang dimaksud , hendaknya bercorak baru, 
  sebab sanksi-sanksi dan upacara-upacara yang lama telah sirna 
  kehilangan arti, sedang untuk menciptakan sanksi-sanksi dan 
  upacara-upacara baru memerlukan waktu berabad-abad ..."

Tokoh Barat dimaksud diatas selanjutnya menambahkan bahwa 
sehubungan dengan kondisi seperti itu, untuk menyelamatkan 
kehidupan di dunia , sungguh diperlukan suatu kebudayaan baru 
yang mampu mengambil - alih "kebudayaan-mahkota", 
berpolakan idea pertautan darah.
Dengan penuh keheranan ia mencatat bahwa kebudayaan 
yang diharapkannya lahir itu justru muncul di tanah Arab.

Dalam pada itu , Iqbal sebaliknya tidak merasa heran .
"Kehidupan di dunia - kata Iqbal - secara intuitif 
  menghayati kebutuhannya sendiri dan pada saat - saat yang kritis
  ia menentukan sendiri arah mana yang harus dan akan ditempuhnya.
  Adalah wajar, bahwa Islam telah memancar melewati ambang sadar 
  suatu bangsa yang sederhana , belum tersentuh oleh kebudayaan luar
  yang tersebar kala itu, suatu bangsa yang bermukim di tempat 
  tiga benua bertemu ."
  Demikian Iqbal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar