Minggu, 22 November 2015

IQBAL.

TATA KEHIDUPAN SOSIAL ISLAM.

Hal ini mengundang suatu permasalahan baru yang sangat menarik;
Bagaimanakah sikap Iqbal terhadap patriotisme yang selalu dipandang
sebagai suatu kebajikan dan diharapkan dicamkan melalui pendidikan ?

Patriotisme sebagai suatu pandangan politik yang bermottokan 
"Baik ataupun buruk , adalah Negara saya "
(Right or Wrong, My Country) dan yang gagal untuk memahami 
mengenal tuntutan-tuntutan dunia luas ,jelas bertentangan dengan 
jiwa internasionalisme yang tersirat dalam ajaran Islam dan 
yang senantiasa dikumandangkan Iqbal.

Akan tetapi patriotisme yang merupakan penjelmaan dari cinta
terhadap segala yang terbaik yang dapat dicapai atau dihasilkan
oleh negara atau golongannya sendiri, sebagai penghayatan akan
perangkat nilai serta sumbangan yang telah dipersembahkan 
kebudayaannya , dipandang Iqbal sebagai suatu getaran rasa 
yang sangat tinggi nilainya.
Dalam hal ini beberapa kritikus Iqbal telah menafssirkannya 
sebagai seorang yang tidak memiliki jiwa patriotisme sama sekali.

Penghargaan Iqbal yang sangat tinggi terhadap patriotisme 
dalam artian yang sungguh, terungkap dalam karyanya Javid Nama.
Diceritakan dalam buku itu, bahwa Mir Ja'far dari Benggali dan 
Nawab Shadiq dari Dekaan mendapatkan azab yang paling dahsyat
di Neraka, karena telah bertindak sebagai pengkhianat negaranya, 
dengan jalan memihak kepada orang asing dan membantu mereka 
dalam merampas kemerdekaan politik India.
Dengan penuh emosi , Iqbal melukiskan kedua orang itu sebagai 
yang telah mendurhaka kepada negara dan agamanya, bahkan 
durhaka pula terhadap seluruh kemanusiaan.
Diceritakan bahwa karena besarnya dosa mereka itu, bahkan neraka 
pun enggan menerima mereka, sehingga pujangga kita menempatkan  
mereka di tempat yang paling dahsyat, yaitu dalam "Samudera Darah".

K.g. Saiyidain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar