Sabtu, 21 November 2015
APAKAH MASIH LAYAK MELAKUKAN SHOLAT BILA TELAH BERMA'RIFATULLAH.............????????
Dalam tradisi Tasawuf,
semakin seseorang naik derajat ma’rifatnya semakin ketat dan disiplin syariatnya.
Sebab semakin mengenal Allah,
semakin mengenal rahasia syariat dan agungnya perintah Allah dibalik syariat.
Kalau ada yang ma’rifat lalu meninggalkan syariat, pasti keblinger,
dan itu bukan ajaran Islam, apa pun namanya.
Mereka biasanya berpandangan bahwa
syariat adalah Jalan menuju Hakikat,
kalau sudah sampai hakikat untuk apa bersyari’at?
Nah, disinilah keblingernya.
Syariat itu bukan Jalan menuju hakikat.
Tetapi bersyariat itu adalah menjalankan perintah dari Yang Maha Hakiki,
Allah Rabbul ‘Izzah.
Jika ia ma’rifat lalu meninggalkan syariat,
berarti ia tidak ma’rifat kepada Allah,
tapi ma’rifat kepada jin dan syetan,
serta hawa nafsunya sendiri,
walaupun perilakunya kelihatan bagus dan lembut
serta memiliki dimensi ghoib yang tinggi misalnya.
Tapi tipudaya itu bisa kelihatan lembut dan bisa kasar,
bisa hebat dan bisa membuat orang tersihir.
Mungkin saja dia beralasan,
saya juga menjalankan perintah sholat
tetapi sholat saya berbeda dengan sholatnya orang awam yang lima waktu itu.
Sholat saya adalah sholat hakikat tidak perlu berbunyi dan bergerak dan berkata-kata.
Nah, ia tidak menyadari betapa lemah dirinya.
Orang ma’rifat kok merasa bisa sholat, ini jadi janggal.
Sejak zaman Nabi sampai besok kiamat, teknis dan tata cara sholat tetap sama.
Selama manusia masih memiliki kesadaran ruang, waktu, dimensi, arah dan akalnya sehat, masih wajib sholat.
Yang tidak wajib sholat orang gila, orang tidur, orang lupa, anak kecil yang belum baligh.
Puji dan syukur bagi Allah semata,
yang telah menjadikan Sholat’ “Seutama-utama peribadatan,
kunci ibadah, tiang agama, penggenap dan
penentu diterimanya amal-amal shalih,
serta menjadi cahaya bagi pelakunya di Hari Kiamat kelak.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita,
baginda Nabi Muhammad Shalallaahu Alaihi Wassallam,
juga kepada keluarga ahlul baitnya
serta seluruh umat yang setia mengikuti risalah
yang dibawa oleh beliau Shalallaahu Alaihi Wassallam sampai akhir jaman.
Sabda Rasulullah SAW,
“Tiadalah seorang hamba memperoleh sesuatu dari shalatnya
selain yang dilakukannya dengan kesadaran.”
Dalam sebuah hadits dikisahkan bahwa pada suatu hari,
Jibril a.s..datang kepada Nabi Saw.
Ia bertanya, “Ya, Rasulullah!
Pernahkah Anda melihat malaikat di langit di atas dipan dengan dikelilingi tujuh puluh ribu malaikat lain yang berbaris?
Mereka setia melayaninya.
Dari setiap nafas yang dihirup malaikat itu, Allah menciptakan malaikat lain.
Namun kini, aku melihat malaikat itu berada di atas gunung Qāf dan sayapnya hancur. Ketika ia melihatku, ia meminta tolong kepadaku.
Aku bertanya ‘Apa kesalahanmu?’
Ia menjawab: 'Pada malam mikraj aku sedang berada di atas dipan.
Lalu Muhammad Shalallaahu Alaihi Wassallam berlalu di hadapanku,
tetapi aku tidak berdiri untuk mengormatinya.
Allah lantas menghukumku dengan hukuman ini dan
menempatkanku di tempat ini, sebagaimana yang engkau lihat.’
"Lalu aku menundukkan diri kepada Allah dan memohonkan syafa’at-Nya".
Allah SWT berfirman,
‘Wahai Jibrĩl, katakan kepadanya agar ia bershalawat kepada Muhammad.’
Ia kemudian bershalawat kepadamu. Lalu Allah SWT pun mengampuninya
serta menumbuhkan lagi sayapnya.”
Diriwayatkan bahwa amalan hamba yang pertama kali di hisab
pada Hari Kiamat adalah sholat.
Jika didapati sempurna, diterima darinya dan juga amalan-amalannya yang lain.
Akan tetapi, jika didapati cacat,
dikembalikan salat itu kepadanya dan juga amalan-amalan lainnya.
Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassallam bersabda:
“Perumpamaan sholat fardhu adalah seperti timbangan.
Barang siapa yang menyempurnakannya, berarti sempurnalah ia.”
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassallam bersabda,
“ Dua orang dari umatku mendirikan sholat. Rukuk dan sujud mereka sama.
Apa yang ada di antara kedua sholat mereka itu
seperti apa yang ada di antara langit dan bumi.”
(Beliau menunjuk pada kekhusyukan satu atas lainnya).
Disebutkan dalam suatu hadits,
“Pada Hari Kiamat Allah tidak memandang hamba
yang tidak meluruskan tulang punggungnya di antara rukuk dan sujud.”
Diriwayatkan bahwa Beliau SAW bersabda:
“Barang siapa yang mendirikan sholat pada waktunya,
membaguskan wudhu’nya; serta
menyempurnakan rukuk, sujud dan kekhusyukannya,
salat itu naik kelangit dalam rupa wajah putih bercahaya.
Ia berkata,
‘Semoga Allah memeliharamu sebagaimana engkau telah memeliharaku.”
Akan tetapi:
“Barang siapa yang mendirikan sholat di luar waktunya;
tidak membaguskan wudhu’nya; serta
tidak menyempurnakan rukuk, sujud dan kekhusyukannya,
salat itu naik kelangit dalam rupa wajah hitam kelam.
Ia berkata,
‘Semoga Allah menelantarkanmu sebagaimana engkau
telah menelantarkanku.”
Dengan kehendak Allah sholat itu dilipat sebagaimana pakaian manusia dilipat,
lalu di pukulkan ke wajah orang itu.”
Beliau juga pernah bersabda,
”Sejelek-jelek manusia adalah yang mencuri dalam sholatnya.”
Ibn Mas’ũd r.a. berkata, “Sholat itu adalah takaran.
Barangsiapa menyempurnakannya, sempurnalah ia.
Akan tetapi, barangsiapa yang menguranginya,
hendaklah ia tahu firman Allah SWT yang berbunyi:
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِوَيْلٌ لِّلْمُطَفِّفِينَ
“Celakalah orang-orang yang mengurangi timbangan.”
(QS al-Muthaffifĩn [83]:1).
Sholatlah dengan sepenuh khusyuk dan kehadiran hati,
karena barangsiapa yang hatinya tidak menyatu dengan hakikat,
maka rusaklah sholatnya.
Dalam salah satu riwayat, Mu’awiyah bin Hakam as Sulami menceritakan bahwa ketika ia sedang sholat bersama Rasulullah SAW, tiba-tiba ada orang yang bersin.
Lalu ia mengucapkan “Yarhamukallah”.
Tatkala Nabi Saw telah selesai sholat, Nabi SAW bersabda;
“... Sesungguhnya tidak pantas bercakap-cakap dalam sholat;
karena sholat itu ialah
tasbih,
takbir dan
membaca al-Qur’an.”
Firman Allah:
وَقُومُواْ لِلّهِ قَانِتِينَ
“Sholatlah kamu karena Allah dengan khusyu’.”
(QS Al-Baqarah [2]:238)
Seorang ‘ulama mengatakan,
“Perumpaan orang yang sholat itu seperti pedagang yang tidak memperoleh laba
sebelum habis modalnya.
Demikian pula dengan sholat,
tidak diterima sunnahnya sebelum ditunaikan fardhunya.”
Abũ Bakar r.a. berkata,
”Jika tiba waktu sholat,
berdirilah di hadapan api (merka) Tuhanmu yang kalian nyalakan.
Lalu padamkanlah.”
Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassallam bersabda;
“Sholat itu ketenangan dan kerendahan hati.”
Ditempat lain Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassallam bersabda,
” Barangsiapa yang sholatnya tidak mencegahnya dari perbuatan keji dan munkar, niscaya tidak bertambah dari selain bertambah jauh. Sholat orang yang lalai tidak dapat mencegah dari perbuatan keji dan munkar.”
Sabda Nabi SAW:
“Betapa banyak orang yang berdiri untuk sholat tetapi tidak memperoleh apapun
selain letih dan lelah, dan tidak mendapatkan selain orang yang lalai.”
Sabda Rasulullah SAW,
“ Tiadalah seorang hamba memperoleh sesuatu dari shalatnya
selain yang dilakukannya dengan kesadaran.”
Ahli ma’rifat berkata,
”Sholat itu ada empat hal, yaitu
dimulai dengan ilmu,
berdiri dengan rasa malu,
ditegakkan dengan keagungan, dan
keluar darinya dengan rasa takut.”
Sementara seorang guru sufi berkata,
”Barangsiapa yang hatinya tidak menyatu dengan hakikat, rusaklah sholatnya.”
Dalam suatu hadits Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassallam bersabda;,
Di surga ada sebuah sungai bernama al-Afyah.
Di situ terdapat bidadari-bidadari yang Allah ciptakan dari za’farān
yang bermain dengan mutiara dan yakut.
Mereka memuji Allah dengan tujuh puluh ribu bahasa.
Suara mereka lebih indah daripada suara Dāwud a.s.
Mereka mengatakan,
‘Kami adalah milik orang-orang yang mendirikan sholatnya
dengan khusyuk dan kehadiran hati.
Allah SWT lalu berfirman,
‘Pasti aku tempatkan ia di rumah-Ku dan menjadikan-nya berada di samping-Ku.”
Diriwayatkan bahwa Allah SWT mewahyukan kepada Nabi Saw.,
“Katakan kepada orang-orang yang durhaka di antara umatmu yang tidak mengingat-Ku,’
Di mana saja engkau mengingat-Ku,
berdzikirlah kepada-Ku sementara kamu menghentikan anggota badanmu
(dari berbuat maksiat).
ketika berdzikir pada-Ku, jadilah orang yang khusyuk dan tenang.
Apabila kamu berdzikir kepada-Ku,
jadikanlah lidahmu di belakang kalbumu.
Jika kamu berdiri di hadapan-Ku, berdirilah seperti berdirinya hamba yang hina
serta bermunajat dengan hati yang takut dan lisan yang benar.”
Akhirul kata, demikianlah kajian kita tentang “Khusyuk dalam Sholat"
Bagian pertama yang dapat kami sajikan pada topik kita kali ini.
dan Insya Allah, lanjutan topik ini akan dapat kami sajikan dalam waktu dekat.
Semoga bermanfaat!
“ Ya Allah, berilah kami rezeki dapat berjumpa dengan-Mu di dunia dan akhirat.
Lezatkan kami dengan dekat kepada-Mu dan melihat-Mu.
Jadikan kami termasuk orang yang ridha kepada-Mu dari selain-Mu.
Ya Allah, sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu
dari bersandar kepada asbab dan berdiri bersama nafsu, keinginan, dan adat kebiasaan,
dan kami berlindung kepada-Mu dari segala keburukan dalam setiap keadaan.
Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat,
dan peliharalah kami dari siksa neraka.
إِنّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِي ماً
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi.
Hai orang-orang yang beriman, ber-Shalawatlah kamu untuk Nabi
dan ucapkanlah Salam penghormatan kepadanya.”
(QS Al-Ahzab [33]:5)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar